Sudah lama ingin kuuntai sebaris sajak saja buatmu
Biar makin yakin kau, wahai cintaku
Akan betapa luas dalamnya samudra cintaku
Padamu
Tiga empat tahun belakangan lepas sudah segala diksi dan bait bait itu
Digerus geram jahanam jakarta raya
Tempat kita taruh semua timba
Tempat kata rima itu jadi layu
Bikin kita berpuisi jadi malu
Ah aku pikir hidupku sudah tak mendayu-dayu
Makin jantan dan lelakilah aku
Maka kuikuti bisikan untuk selalu lugas dan tegas
Persis seorang lelaki
Persis seorang lelaki
Hingga aku dengar kabar suatu hari
Ada orang berbondong menulis prosa dan puisi
Konon pasar kata bait rima puisi
sedang ramai penyuka dan pembeli
Kata rayuan sudah macam kacang rebus laris di musim hujan
Aku lalu berpikir, inginku jadi penulis itu, biar kujual alinea rayuanku
Aku pun pernah baca Sapardi
Aku pun pernah baca Chairil
Aku pernah khatam bundel Horison
Aku pernah ingin jadi penyair
Tapi kala itu yang kutahu
Penyair bukan makelar kata
Meski kutahu Chairil pun pernah jual paragraf kerna tak ada uang untuk makan
Aku paham
Singapura, Awal Bulan Juli, Asap itu berangsur pergi
keren puisinya đŸ™‚
Ini kesekian kalinya saya bertemu pengguna Linux yang suka sastra. Mulai dari invaleed (http://invaleed.wordpress.com), gnine (http://gnine.wordpress.com), sekarang Kang Dwi Sasongko. Ternyata ada saja…